Rabu, 21 Maret 2012


Lingkungan keluarga yang ditandai oleh kondisi kemiskinan akan menghasilkan "GELANDANGAN".
Anak-anak gelandangan sama seperti anak-anak pada umumnya. mereka juga membutuhkan kasih sayang. hanya karena mereka jarang mendapatkan, bahkan mungkin tidak pernah mendapatkannya, maka mereka menjadi liar, hal tersebut juga merupakan faktor yang membuat anak-anak gelandangan merasa tidak terikat dengan apaun, sehingga mereka berani utuk melanggar aturan.
Anak-anak gelandangan memiliki karakteristik khusus, yakni:
1. Anak gelandangan lekas putus asa, mereka sering menyerah jika menghadapi masalah yang tidak dapat diselesaikan. jika sudah seperti ini biasanya mereka tidak mudah untuk dipengaruhi dan mengambil keputusan untuk bertindak nekat.
2. Anak gelandangan memiliki suatu keterampilan, namun keterampilan ini tidak selalu sesuai dengan ukuran normatif pada umumya.
setiap usaha penanggulangan masalah gelandangan pada dasarnya merupakan usaha menanamkan norma-norma sosial yang menurut ukuran umum perlu dianut oleh seseorang sabagai anggota masyarakat.
kondisi hidup gelandangan yang sangat berkaitan erat dengan kemiskinan menyebabkan cara hidup pola perilaku serta terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang tidak mudah diubah. berkaitan dengan hal tersebut maka setiap usaha penanggulangan harus dimulai dengan suatu tahap persiapan yang baik supya program penanggulangan dapat disesuaikan dengan keadaan khusus dari kelompok gelandangan yang akan ditangani.

para gelandangan juga membutuhkan pendidikan.
banyaknya gelandangan yang masih berkeliaran harus ada upaya penanggulangan.
misalnya saja dengan mendirikan penampungan-penampungan. yang didalamnya tidak hanya menampung gelandangan, disitu anak-anak gelandangan diberi pendidikan. juga diberi pembekalan keterampilan. selain diberi pendidikan dan ketermapilan, para anak-anak gelandangan diberi pekerjaan. misal disuruh berdagang asongan.
anak-anak tersebut tidak dianjurkan untuk mengemis.
melakukan [endekatan dengan anak-anak gelandangan bukanlah hal yang mudah.
membutuhkan kesabaran dan keikhlasan yang lebih.

:)









Rabu, 08 September 2010


this is my design.. Diah Noor Ekawati, 1102409042

Selasa, 22 Desember 2009

manfaat sengat lebah

Manfaat madu sudah banyak yang tahu. Tapi, lebahnya untuk apa? Simak pengalaman Ir H Abdul Hafiz Lintang.

Selama bertahun-tahun Abdul Hafiz Lintang merasakan nyeri di pinggang bagian tengah. “Sekitar tiga ruas di atas tulang ekor,” ungkapnya.

Pada mulanya keluhan itu tidak terlalu dihiraukan. Kadang terasa, dan hilang sendiri. Sedikit mengganggu, tapi kegiatan sehari-hari masih bisa berjalan relatif normal. Lama kelamaan, nyeri itu kian mengganggu, ”Menyetir mobil sendiri juga susah. Apalagi mobil saya tidak menggunakan perseneling otomatis sehingga harus sering menggunakan kaki saat mengemudi,” tuturnya.

Sementara setiap hari ia harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kediamannya di Bekasi, Jawa Barat, menuju kantornya di kawasan Pasarminggu, Jakarta Selatan. Belum lagi kalau arus lalu-lintas padat.

Setelah didiagnosis dan menjalani uji laboratorium, Lintang diindikasikan mengalami pengapuran sendi yang dalam istilah kedokteran disebut osteoatritis (OA). Lokasinya di tulang belakang sehingga daya topang tubuh dan ruang gerak menjadi terbatas. Setelah itu, barulah dokter menanganinya.

Menurut dokter, ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh untuk mengatasi, yakni dengan obat- obatan, suntikan, sampai pembedahan jika sampai terjadi patah tulang. “Ya saya berobat ke dokter. Sebagai penisunan karyawan Pertamina, tak ada biaya yang harus saya keluarkan,” ungkap lelaki berusia 61 tahun itu.

OA umumnya menyerang sendi penopang tubuh, seperti sendi lutut (paling sering), panggul, tulang belakang bagian lumbal (pinggang) dan servikal (tengkuk). Dapat juga OA mengenai sendi jari tangan terutama sendi interfalang distal (DIP) dan proksimal (PIP).

OA mulai berproses ketika seseorang berusia sekitar 40 tahun, yaitu saat gejala klinik belum muncul. Kemudian berjalan terus sampai timbul gejala klinik pada usia sekitar 50 tahun. Setelah muncul gejala klinik, penderita mulai merasa ada gangguan yang mula-mula ringan, bertambah lama bertambah berat, dan akhirnya terjadi cacat sendi dan mengakibatkan kelumpuhan. Jarak antara saat muncul gejala klinik sampai terjadi cacat sangat bervariasi, tetapi umumnya berlangsung belasan tahun.

Gejala klinik OA meliputi nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi, kelemahan, dan kelumpuhan. Nyeri sendi sebagai keluhan awal penderita OA muncul setelah sendi terserang digunakan secara berlebihan dan berkurang jika diistirahatkan. Apabila OA bertambah lanjut, terutama bila komponen inflamasi nyata, nyeri dapat muncul saat istirahat.

Pada sendi yang terletak di dalam, misalnya, sendi panggul, biasanya penderita sukar menentukan lokasi keluhan. Sementara untuk sendi permukaan, seperti sendi jari tangan (carpometacarpal), penderita lebih dapat segera menentukan lokasi nyeri. Sebagaimana halnya dengan penyakit rematik, maka nyeri dapat diperberat oleh rasa dingin atau cuaca dingin. Pada keadaan yang lebih jarang nyeri dapat diperberat oleh panas.

Kaku sendi dirasakan sebagai sensasi pada sendi sebagai diikat dan lambat/susah bergerak. Keadaan ini biasanya tak selalu berhubungan dengan nyeri, tetapi banyak penderita tidak dapat membedakan antara nyeri dan kaku sendi. Kaku sendi biasanya muncul pada pagi hari atau setelah periode inaktif dan hilang setelah 15-30 menit.

Begitu pula yang dialami Lintang. Hingga suatu saat, pada 1999, nyeri itu berubah menjadi penderitaan. Selain sakit, Lintang juga tak dapat menggerakan anggota tubuh lainnya. Jadi, praktis ia hanya dapat berbaring di tempat tidur.

Secara medis, belum ada obat untuk memulihkan penderita OA. Namun Lintang mengaku hidupnya kembali normal setelah menjalani terapi sengat lebah (apitherapy). “Buktinya, saya bisa menyetir mobil sendiri ke mana-mana. Saya juga sudah bisa main tenis lagi,” kata dia di kantornya.

Lebih dari itu Lintang malah menjadi ahli terapi sengat lebah. Semula ia mendatangi ahli terapi sengat lebah apitherapist. Karena secara rutin menjalani terapi itu, ia pun mempelajarinya untuk diri sendiri dan kemudian berbagi kepada sesama.

Rupanya, keahlian apitherapy ini senantiasa beriringan dengan budi daya lebah. “Bukankah lebah itu harus dirawat agar terapi bisa berlangsung?” ujarnya. Dampaknya, kata dia, budi daya lebah itu pun menghasilkan madu yang bermanfaat.

Kini ke mana-mana Lintang selalu membawa lebah. Di kantornya, Koperasi Purna Karyawan Pertamina (Kopana) Pasarminggu, Jakarta Selatan, tamu-tamunya biasa bertemu, bukan saja untuk hubungan kerja, melainkan juga mencoba terapi sengat lebah. Rekan sekantornya apalagi.

Soal imbalan, “Baru kenalan saja yang datang. Jadi, masih gratisan. Tapi, biarlah Allah yang memberi imbalan lebih besar untuk saya,” tandasnya. Kembali sehat itu sudah imbalan kan Pak Lintang?

Sengat Sana Sengat Sini

Terapi lebah atau disebut juga apitherapy (dari kata apis: lebah dan therapy: pengobatan) diartikan sebagai pengobatan yang menggunakan berbagai macam produk dari lebah yaitu : madu, madu sarang, madu granulasi, pollen lebah, roti lebah, propolis, lilin, bisa lebah, susu lebah, larva lebah pekerja, larva lebah jantan, dan larva ratu. Yang istimewa tentu saja terapi yang menggunakan sengat lebah.

Ihwal terapi lebah ini dimulai di daratan Tiongkok dan Timur Tengah, khususnya Mesir. Sebagaimana diketahui, pengobatan tradisional di Tiongkok sudah berlangsung ribuan tahun sebelum pengobatan modern mulai bangkit di Eropa. Ini terkait dengan tradisi tusuk jarum (akupunktur). Salah satu bentuk modifikasi akupunktur yang populer di dunia saat ini adalah dengan menggunakan jarum sengatan lebah madu yang disebut bee acupuncture (tusuk sengat lebah).

Apiterapi di Indonesia dipopulerkan kembali pada 1980-an. Berbagai penelitian dan pelatihan apiterapi diinformasikan ke tengah masyarakat melalui berbagai cara, seperti seminar, lokakarya, kursus, publikasi media massa, dan praktik terapi lebah berupa sengat lebah.

Penerapan terapi Lebah di Indonesia sangat beragam dari yang tradisional sampai dengan yang moderen, ada yang menerapkan utuh dan ada yang sebagian saja, seperti hanya menggunakan madu saja namun sengat lebahnya tidak digunakan atau menggunakan sengat lebah untuk penyakit tertentu saja.

Bagi Abdul Hafiz Lintang, pengertian apitherapy sederhana saja: “Ini pengobatan alternatif,” tandasnya. Selain untuk memulihkan fungsi sendi sebagaimana pengalaman pribadinya, Lintang menyatakan terapi sengat lebah bermanfaat bagi berbagai penyakit dalam seperti tekanan darah tinggi maupun rendah, diabetes mellitus, gangguan fungsi jantung, dan terapi pasca stroke.

Jadi, jika sudah hampir berputus asa dengan terapi medis modern, silakan mencoba. Soal pengalaman menjalani terapi. “Ya seperti disengat lebah,” kata Lintang.

Sakitkah? Relatif rupanya. Menurut Lintang, justru jika tak merasa sakit ketika diterapi sengat lebah, itu pertanda penyakitnya kronis karena sel-sel syaraf penginderaan tidak berfungsi.

Misalnya penderita diabetes mellitus, ketika pertama diterapi tidak akan merasa sakit. Semakin sakit ketika diterapi, semakin sehat. “Setelah itu Anda bisa menjalani therapi sendiri sekaligus membudidayakan lebah madu,” ujarnya.

Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian...

Sabtu, 19 Desember 2009

budidaya lebah

1. SEJARAH SINGKAT

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga menghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem stup.
Di Indonesia lebah ini mempunyai nama bermacam-macam, di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng.

2. SENTRA PERIKANAN
Di Indonesia sentra perlebahan masih ada di sekitar Jawa meliputi daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dengan jumlah produksi sekitar 2000–2500 Ton untuk lebah budidaya. Kalimantan dan Sumbawa merupakan sentra untuk madu dari perburuan lebah di hutan. Sedang untuk sentra perlebahan dunia ada di CIS (Negara Pecahan Soviet), Jerman, Australia, Jepang dan Italia.

3. JENIS
Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
1. Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan, Cina maupun Jepang.
2. Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
3. Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.
4. Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon
klanceng.

4. MANFAAT
Produk yang dihasilkan madu adalah:
1. Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi.
2. Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.
3. Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi.
4. Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetika sebagai pelengkap bahan campuran.
5. Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influensa.
Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

5. PERSYARATAN LOKASI
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk memimpin koloni.
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
a. Suhu
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.
b. Ketahanan terhadap iklim
Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.
c. Konstruksi
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan
framenya.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.
2. Pembibitan
1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500- 900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari. Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:
a. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
b. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
c. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap dengan 3 sisiran sarang.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.
3. Sistem Pemuliabiakan
Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.
4. Reproduksi dan Perkawinan
Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi.
Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.
5. Proses Penetasan
Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:
a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di pinggir sarang.
b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.
c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.
Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:
d. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari, iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.
e. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.
f. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari. Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda sesuai asal selnya.

3. Pemeliharaan
1. Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.
2. Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.
3. Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
b. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.
Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan. Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya untuk mengganti pakan saat pengembalaan

manfaat lebah dan madu

Lebah adalah serangga luar biasa. Sengatan dan produk turunannya membantu mengatasi berbagai penyakit, dari alergi hingga gangguan saraf, dan meningkatkan daya tahan. Pengobatan dengan lebah dan produknya disebut apiterapi.

Disebutkan dalam Alquran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13 buah, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra.

Kata aphitherapy (apiterapi) adalah perpaduan bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan. Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya.

Penggunaan madu lebah untuk kesehatan, kata Dr. Adji Suranto, Sp.A, dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) DKI Jakarta, telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Lukisan karang zaman batu (6000 SM) memperlihatkan kegiatan honey hunting. Bukti tertua penggunaan madu untuk mengobati infeksi kulit dan luka, borok, penyakit mata dan telinga, tertulis dalam keramik bangsa Samaria (2000 SM).

The Ebers Papyrus (1550 SM) mencatat resep-resep madu untuk pemakaian luar, yaitu untuk terapi kebotakan, luka bakar, abses, dan pereda nyeri. Madu juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka usai pembedahan, termasuk sunat, supositoria, mengurangi peradangan, serta meredakan kaku sendi.

Hingga tahun 1990, katun yang direndam dalam jus lemon dan madu masih digunakan sebagai alat kontrasepsi. Penggunaan sengat lebah untuk terapi nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern, Hippocrates. Tahun 1888, Dr. Philip Tere dari Perancis meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik.

Apipuntur

Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah. Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Dr. Adji, adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana.

Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi. Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine,” kata dokter yang mendalami pengobatan komplementer sejak tahun 1999 ini.

Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara ini pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Dalam praktik apipuntur, dituturkan Dr. Adji, sengat lebah yang dimasukkan ke dalam tubuh dilakukan dengan dua cara, yakni langsung (direct bee sting) dan lewat suntikan berisi racun lebah.

“Racun lebah diambil dari antibodi murni seseorang yang sudah sering disengat lebah,” katanya. Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. “Dalam terapi berikutnya, titik-titik tersebut disengat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 10 sengatan,” ujar pria satu anak ini.

Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidaknormalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing.

Menurut Dr. Adji, bila reaksi itu terjadi pada pasien yang sensitif, diganti dengan pemberian obat antihistamin selama 10 hari. Selanjutnya baru boleh dilakukan apiterapi lagi. Kondisi di atas, kata dokter lulusan FKUI 1988 ini, adalah alamiah karena racun lebah sedang bereaksi di dalam tubuh. Seperti saat kita diimunisasi.

Untuk menetralkan kondisi tersebut, ia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly.

Meski dikombinasi, tidak semua jenis penyakit bisa disembuhkan dengan terapi yang sama. Contohnya, untuk kencing manis, terapi tambahan yang digunakan adalah pollen dan propolis. Untuk gangguan katarak, selain sengat lebah, terapinya berupa tetes mata madu trigona dan madu lebah. Untuk gangguan rematik, ada dua titik yang disengat, yakni titik lokal di mana yang sakit dan titik sistemik, yaitu titik akupuntur zusanli (daerah bercekung di bawah lutut).
Selain sengatan di titik itu ditambah konsumsi royal jelly, propolis, dan citosan. Terapi apipuntur dilakukan dalam 12 kali pertemuan. “Biasanya pada kunjungan pertama titik yang disengat hanya satu. Hari berikutnya ditambah satu titik sengatan lagi. Begitu seterusnya. Lamanya sengatan antara 10-15 menit. Setelah itu bisa diulang lagi,” katanya.
Pemanfaatan apipuntur, tambah Dr. Adji, ditentukan oleh jenis penyakit, umur pasien, dan kontraindikasinya. Wanita hamil, bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia dianjurkan tidak menjalani terapi ini.

Minggu, 08 November 2009

Lebah

Bicara tentang lebah maka kita akan teringat dengan sarang lebah dan cara mereka bekerja dengan baik dalam kegelapan. Mereka berkomunikasi melalui bau, getaran dan interaksi secara fisik dengan lebah lainnya dan yang lebih pen-ting, lebah dapat mengenali dan bereaksi terhadap pheromones (senyawa kimia yang dikeluarkan oleh lebah). Di alam bebas, sarang lebah memiliki sistem perlindungan yang sangat baik untuk menjaga lebah agar terhindar dari ancaman lingkungan.

Didalam sarang lebah, terdapat:

Ratu lebah (queen bee)

Lebah jantan (drones)

Lebah Pekerja

- Lebah perawat (nurse bees)

- Lebah pencari (scout bees)

- Lebah pengumpul (collector bees).

Fase telur

(3 hari)

Sang ratu meletakkan sebutir telur di bagian dasar tiap-tiap sel. Posisi telur berada di tengah sel de-ngan salah satu ujungnya melekat pada dasar sel.

Fase Larva

(6 hari)

Ketika larva menetas dari telur, selama 3 hari larva tersebut diberikan royal jelly yang diproduksi dari kelenjar yang terdapat di kepala lebah perawat.

Fase Pupa

(12 hari)

Sel-sel setiap larva tersebut kemudian ditutup dengan lilin selama 12 hari. Setelah 21 hari, lebah pekerja dewasa akan menetas.

Ratu Lebah [ Queen Bee ]

Disetiap sarang lebah, hanya akan terdapat satu ratu lebah diantara koloni lebah yang jumlahnya mencapai 80,000 ekor. Secara genetik, sang ratu bertanggung jawab untuk mengkontribusikan karakteristiknya pada lebah lainnya yang terdapat di sarang. Oleh karena itu, lebah yang terdapat di sarang, sudah pasti “terbentuk dari elemen dasar yang sama” dengan sang ratu lebah.

Ratu Lebah

Mengonsumsi royal jelly sepanjang hidupnya.

Hidup 40 kali lebih lama diban-dingkan lebah pekerja, kira-kira 4 hingga 6 tahun.

Tumbuh 40% lebih besar diban-dingkan lebah pekerja.

Bertelur (ribuan) setiap hari.

Aktif secara seksual

Membutuhkan 16 hari untuk berkembang

Lebah Pekerja

Mengonsumsi royal jelly hanya pada 3 hari pertama dalam fase larva.

Hanya hidup untuk beberapa minggu, rata-rata sampai dengan 50 hari.

Memiliki tubuh lebih kecil dari ratu lebah.

Tidak berproduksi/mandul

Tidak aktif secara seksual

Membutuhkan 21 hari untuk berkemban

Lebah Perawat [ Nurse Bee ]

Lebah perawat adalah lebah pekerja yang khusus merawat ratu lebah dan anak-anaknya atau larva. Mereka bertanggung jawab untuk memproduksi royal jelly, serta memberi makan sang ratu dengan royal jelly, bee pollen dan madu.

Lebah Pencari [ Scouts Bees ]

Lebah pencari adalah lebah pekerja yang mencari sumber-sumber pollen, nektar dan propolis. Ketika mereka menemukan sumber makanan yang terbaik, mereka akan kembali ke sarang dan menginformasikannya kepada lebah pengumpul. Kemudian, lebah pengumpul pergi untuk mengumpulkan makanan tersebut.

Lebah Pengumpul [ Collector Bees ]

Ketika mengumpulkan pollen dari bunga-bunga, lebah pengumpul hanya akan mengunjungi tipe bunga yang sama hingga semua pollen habis terkumpul. Pada saat lebah mengumpulkan pollen, ia juga mencampurkannya dengan sedikit madu dari mulutnya dan kemudian membentuk gumpalan pollen yang akan disimpan dalam kantong yang terdapat di kaki lebah.

Fakta menarik ! Peternak lebah menaruh alat yang dinamakan “pollen trap/jebakan pollen” disekeliling jalan masuk sarang lebah. Jebakan pollen ini terdiri dari beberapa baris kawat halus yang bertujuan untuk mempersempit jalan masuk para lebah sehingga membuat sebagian gumpalan pollen yang tersimpan di kaki lebah terjatuh. Setelah jumlah pollen telah cukup terkumpul, para peternak akan memindahkan jaring tersebut ke sarang lebah lain secara periodik.

Lebah pengumpul menghisap nektar dari bunga-bunga dengan lidah mereka yang panjang. Mereka hanya mengunjungi bunga dari spesies yang sama dalam satu putaran pengumpulan, untuk memastikan bahwa nektar yang dikumpulkan berasal dari satu sumber yang sama.

Nektar yang terkumpul kemudian disimpan dalam sel madu yang terbuka. Sel-sel ini akan tetap terbuka hingga nektar menguap dan terbentuk cairan madu yang kental dan matang.

Lebah Jantan [ Drones ]

Lebah pejantan adalah satu-satunya lebah jantan yang terdapat di sarang lebah dan hanya bertugas untuk membuahi sang ratu lebah. Enam belas hari setelah ratu lebah yang baru terlahir, ia terbang ke tempat lebah jantan yang telah menunggu kedatangannya. Setelah membuahi sang ratu, lebah jantan ini kemudian mati.

 
Copyright 2009 blog bee